Aku berniat puang secepatnya dan mengganti pakaianku. Aku segera menemui Panjiku dan mengajakknya untuk segera pulang. Aku pun mulai berbicara padanya.
“Okay, mau langsung pulang saja ? Memangnya tidak ada latihan angklung, tadi aku lihat warga PANACEA membawa angklung.?” Dia bertanya dan segerea memvonis agar aku berbicara sesungguhnya tentang keadaanku sekarang.
“Mau kok, sekarang pulang dulu, langsung kesana lagi deh . Gitu loh mas.”Aku menjawab sekenanya agar bisa pulang secepatnya.
“Kenapa tidak langsung saja sekarang ?” Dia bertanya lagi dan aku tidak tahu harus menjawab apa.
“Mmm .. itu , anu .Apa namanya , aku mau balik lagi kok , sebentar ada yang tertinggal penting sekali.”
“Kenapa sih ? Kok aneh.”
“Ada satu hal yang penting dan itu tidak perlu kamu tahu. Sungguh. I swear i dont lie to you ..”
Haha, so..soan deh sekarang.
“Ya sudah , yang pasti aku tidak mau disangka sama kelas kamu tuh .”
“Iya, pokonya rebes.”
Akhirnya aku dan panjiku segera meninggalkan kampus SMA tersayang dan segera meluncur menuju my home sweet home. Selepas pulang sekolah aku langsung saja mengganti seragam sekolahku dengan setelan kaos warna kuning bertuliskan “honney” kesukaanku dan dengan dilapisi cardigan berwarna pink yang halus. Setelan bawahnya aku pasangkan dengan celana jeans warna abu. Dengan sergap aku meraih jilbab putih yang menggantung dilemari biruku dan memakainya dengan cepat. Segera pula aku mencari kunci motor, aku sempat kesal saat mencarinya dan akhirnya kutemukan di atas etalase yang tersimpat di bagian gudang dari rumahku. Aku pun menghampiri panjiku yang aku lihat saat itu dia tengah duduk manis dan seiring menyunggingkan senyum yang sangat aku sukai. Itulah bagian darinya yang takkan pernah kulupa.
“Hai say..” Sapaku membangunkan senyumnya dengan cepat menjawab.
“Hai, sudah siap ?” Tanyanya masih memperhatikanku.
“Of course, aku sangat siap.” Aku pun menyambar keningnya dan menjatuhkan bibirku di keningnya.
“Say, kamu cantik sekali.” Gumamnya dengan senyuman dan sejurus kemudian berkata lagi tanpa memberika kesempatan padaku yang sudah siap membuka mulut menjawabnya.
“Aku sangat menyayangimu, lebih dari apapun, jangan pernah bilang kata putus lagi ya..” Pintanya seperti anak kecil yang meminta dibelikan balon udara yang berwarna-warni dan menggemaskan.
“Aku bersumpah dihadapan semua dan di seluruh seantero kota ini, bahwa aku tidak akan pernah meninggalkan mu dan bahkan tidak pernah ingin berpaling darimu. Hehe.” Aku berkata dan menyimpan tangannya diatas kepalaku yang duduk disampingnya. Aku merasakan dia enggan, tetapi aku benar-benar ingin membuatnya percaya padaku atas besarnya perasaan sayangku padanya lebih dari apapun dan bahkan jiwaku. Ia meraih tanganku dan menciumnya dengan lembut, ingin ku teteskan air mata. Namun semua itu tersimpan dalam hatiku saja.
Saat aku harus bergegas meninggalkan rumahku ini, handphone ku berbunyi dan langsung saja embuka pesan yang masuk.
Pesan :
Ca, kamu mau latihan ? Kalu tidak ya sudah, kami tidak tanggung jawab atas nilaimu. Sudah kami ganti kamu oleh Iqbal.
Aku langsung menguraikan air mata, Panjiku yang sudah terdahulu menaiki sepeda motor mx merahnya kembali lagi dan bertanya padaku.
“Sayang kenpa ?”
“Mas, kayaknya aku ngga akan ke sekolah deh.”
“Loh, kan kasian teman-teman kamu sudah nunggu.”
“Aku nggak mau, aku mau masuk lagi saja.”
“Hei..hei... nggak boleh gitu dong, jelek deh .”
“Huhuhu ..” Aku malah menangis lagi. Dan Ia membawaku masuk kembali keruangan tadi.
Aku menceritakan semua keadian realnya dan dia mengerti. Aku mengurungkan niatku pergi ke sekolah dan meminta Panjiku untuk duduk menemaniku di rumah. Aku begitu sakit.
Besoknya ?
Apakah aku dapat bermain musik ?
0 komentar:
Posting Komentar