9 OKT 2010 - 8.43
Pagi ketika aku terbangun, matahari membuat mataku silau . aku mengerjapkan mataku sambil kuhampiri gorden kamar dan beberapa detik setelah itu, telah menutupi kaca jendela kamarku . Sudah 3 hari aku tidak mengikuti pelajaran seperti biasa, penyakit anemiaku juga tak mau berkompromi denganku. Perlahan dihari ke empat ini, aku sudah dapat terbangun dan menghampiri jendela kamarku. Aku sudah rindu kampus SMA ku tersayang, aku duga-duga nilai ulanganku bahkan menurun drastis . Kulepas rasa rinduku untuk mengintip dibalik gorden kuning dan melihat banyak sekolah. tidak seperti halnya hari-hari yang telah kulewati bersama gorden yang biasanya tidak mau bergerak sama sekali, tapi kali ini benda lembut ini mau berkompromi tentang itu.
Matahari begitu menyengat , sekelompok anak sekolah mulai berhamburan,bergerak melewati trotoar yang berada di hadapan rumahku. Anak kecil yang begitu lucu ku lihat. Aku perlahan mengangkat kaki, menghampiri pintu kamar menuju tangga dal langsung melesat ke dapur. Aku yakin ibu memasak nasi goreng dengan campuran kecap kental yang begitu menyengat dihidungku. Aku langsung mnyambutnya dan memeluk ibuku dengan penuh rasa sayang.
"hai, bu." sapaku
"hai, dear. kamu sudah mendingan ?"
"iya .. aku mau ke sekolah bu. Sekarang kan masih pagi, jadi boleh dong ?" pintaku dan meneruskan mencium pipi ibu . Aku sangat mnyayangi ibu. Disamping itu aku bahagia bersama ibu, ya, daripada bersama ayahku yang sudah terlanjur aku membencinya. Untungnya, ayah & ibu tengah mnyelesaikan proses perceraian bersama ayah. Kalian tahu, kakakku Amalia yang tinggal bersama ayah. Semua urusan keluarga menjadi tanggung jawab ibu, disamping itu ayahku pemabuk, dan pecandu rokok berat, Ibuku sendiri yang bekerja menjadi perawat di R.S Kartini tidak menyukai ayah yang begitu ia membencinya. Ibu juga tidak menyukai sikap aya yang keras kepala, sepertinya dipikirannya begitu bnyak virus yang akhirnya selalu menimbulkan kekecewaan pada batin ibu. Ibu sangat penyabar, disamping ayah selalu menggunakan kekerasan fisik pada ibu, tidak tahu perkaranya ayah sudah menimbulkan kulit kuning langsat ibu menjadi penuh dengan warna ungu dan biru. adang aku dan ibu selalu mengabisakn makan malam diluar ketimbang dirumh. Meskipun aku tahu ayah selalu berada di luar. Gentayangan entah kemana. Dan saat kami tengah bersenda gurau, ayah datang dan meminta uang atau dengan paksa melucuti perhiasan ibu untuk berjudi dan menemani wanita malam..
bersambung ke bagian 2..
Pagi ketika aku terbangun, matahari membuat mataku silau . aku mengerjapkan mataku sambil kuhampiri gorden kamar dan beberapa detik setelah itu, telah menutupi kaca jendela kamarku . Sudah 3 hari aku tidak mengikuti pelajaran seperti biasa, penyakit anemiaku juga tak mau berkompromi denganku. Perlahan dihari ke empat ini, aku sudah dapat terbangun dan menghampiri jendela kamarku. Aku sudah rindu kampus SMA ku tersayang, aku duga-duga nilai ulanganku bahkan menurun drastis . Kulepas rasa rinduku untuk mengintip dibalik gorden kuning dan melihat banyak sekolah. tidak seperti halnya hari-hari yang telah kulewati bersama gorden yang biasanya tidak mau bergerak sama sekali, tapi kali ini benda lembut ini mau berkompromi tentang itu.
Matahari begitu menyengat , sekelompok anak sekolah mulai berhamburan,bergerak melewati trotoar yang berada di hadapan rumahku. Anak kecil yang begitu lucu ku lihat. Aku perlahan mengangkat kaki, menghampiri pintu kamar menuju tangga dal langsung melesat ke dapur. Aku yakin ibu memasak nasi goreng dengan campuran kecap kental yang begitu menyengat dihidungku. Aku langsung mnyambutnya dan memeluk ibuku dengan penuh rasa sayang.
"hai, bu." sapaku
"hai, dear. kamu sudah mendingan ?"
"iya .. aku mau ke sekolah bu. Sekarang kan masih pagi, jadi boleh dong ?" pintaku dan meneruskan mencium pipi ibu . Aku sangat mnyayangi ibu. Disamping itu aku bahagia bersama ibu, ya, daripada bersama ayahku yang sudah terlanjur aku membencinya. Untungnya, ayah & ibu tengah mnyelesaikan proses perceraian bersama ayah. Kalian tahu, kakakku Amalia yang tinggal bersama ayah. Semua urusan keluarga menjadi tanggung jawab ibu, disamping itu ayahku pemabuk, dan pecandu rokok berat, Ibuku sendiri yang bekerja menjadi perawat di R.S Kartini tidak menyukai ayah yang begitu ia membencinya. Ibu juga tidak menyukai sikap aya yang keras kepala, sepertinya dipikirannya begitu bnyak virus yang akhirnya selalu menimbulkan kekecewaan pada batin ibu. Ibu sangat penyabar, disamping ayah selalu menggunakan kekerasan fisik pada ibu, tidak tahu perkaranya ayah sudah menimbulkan kulit kuning langsat ibu menjadi penuh dengan warna ungu dan biru. adang aku dan ibu selalu mengabisakn makan malam diluar ketimbang dirumh. Meskipun aku tahu ayah selalu berada di luar. Gentayangan entah kemana. Dan saat kami tengah bersenda gurau, ayah datang dan meminta uang atau dengan paksa melucuti perhiasan ibu untuk berjudi dan menemani wanita malam..
bersambung ke bagian 2..